Isi Artikel Utama

Abstrak

Beberapa praktisi meteorologi telah menggunakan teknik pembelajaran mesin untuk memprediksi kondisi cuaca yang buruk, terutama kejadian petir. Data udara atas, yang diperoleh melalui pengukuran radiosonde, sering digunakan untuk melatih model pembelajaran mesin karena kemampuannya untuk menangkap ketidakstabilan atmosfer. Meskipun penggunaannya umum, prediksi petir berbasis radiosonde biasanya memiliki jendela validitas selama 6-12 jam. Namun, pembentukan awan cumulonimbus di daerah tropis, sumber utama petir, biasanya berlangsung antara 30 menit hingga 1-2 jam per fase, memunculkan keraguan akan efektivitas data radiosonde untuk prediksi jangka panjang. Selain itu, variasi pola atmosfer lokal menyebabkan penggunaan parameter indeks radiosonde yang tidak seragam di berbagai wilayah. Memahami hubungan antara parameter-parameter ini dan kejadian petir sangat penting untuk analisis termodinamika atmosfer dan pengembangan model prediksi khusus wilayah. Studi ini menguji korelasi antara parameter indeks radiosonde di Kepulauan Tanimbar dan kejadian petir dari awan cumulonimbus, menggunakan indeks seperti KI, LI, SI, TT, CAPE, dan CIN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlangsungan indeks tidak selalu berkorelasi secara konsisten dengan pembentukan petir, dengan periode validitas yang berbeda diamati untuk 3 dan 6 jam ke depan. Parameter indeks rason berupa SI, KI, dan TT hanya valid untuk prediksi 3 jam ke depan pada periode bulan Maret-April-Mei, sementara hanya KI yang mempertahankan validitas untuk kedua 3 dan 6 jam ke depan pada waktu-waktu tertentu.

Kata Kunci

korelasi indeks rason cumulonimbus petir tanimbar correlation rason index cumulonimbus thunderstorm tanimbar

Rincian Artikel