Isi Artikel Utama
Abstrak
Stasiun Klimatologi Manokwari Selatan memberikan informasi prakiraan curah hujan bulanan dikaji dalam bentuk peta informasi prakiraan distribusi curah hujan secara deterministik maupun probabilistik. Untuk menilai kualitas dari suatu prakiraan dilakukan verifikasi sehingga layanan informasi prakiraan curah hujan dapat memenuhi standar dan kebutuhan bagi masyarakat. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan hasil prakiraan curah hujan bulanan antara model ECMWF dan model statistik ARIMA dengan hasil observasi curah hujan untuk mengetahui performa dari hasil prakiraan yang lebih mendekati observasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan observasi dari 15 Pos hujan dan 5 Stasiun BMKG di Wilayah Papua Barat dan data reanalysis ECMWF. Data observasi yang dijadikan baseline yaitu data curah hujan bulanan tahun 2019. Metode yang digunakan yaitu metode ARIMA sebagai metode prakiraan, kemudian tabel kontingensi untuk menghitung kesesuaian prakiraan, PC untuk melihat akurasi dan HSS untuk keunggulan. Selanjutnya, kajian ini digunakan kriteria/kelas curah hujan yang terdiri dari 9 kelas yang disebut prakiraan curah hujan kuantitatif dan kriteria yang terdiri dari 4 kelas yang disebut prakiraan curah hujan kualitatif. Hasil prakiraan curah hujan bulanan di Papua Barat menunjukkan data ECMWF cenderung overestimate terhadap observasi dibandingkan dengan ARIMA. PCH ARIMA secara kuantitatif maupun kualitatif, frekuensi ketepatan prakiraan terhadap observasi yang sesuai lebih banyak daripada PCH ECMWF. Nilai PC dari PCH ARIMA secara kualitatif lebih akurat dan nilai HSS memiliki keunggulan dari pada PCH ECMWF. Performa ECMWF dan ARIMA tiap pos hujan secara kualitatif memiliki akurasi yang lebih baik terutama di wilayah bagian selatan Papua Barat. Sedangkan, secara kuantitatif justru menunjukkan hasil yang lebih buruk hampir di seluruh Pos hujan.
Kata Kunci
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.